7 Juli - Siapakah Yang Diselamatkan?
- Joshua Umboh
- Jul 4, 2024
- 5 min read
Lukas 18:18-27
Nas Pembimbing : Kisah Para Rasul 4:12
Alasan Pemilihan Tema
Apakah saudara yakin sudah diselamatkan? Pertanyaan ini mewakili polemik tentang siapa yang dapat selamat. Tema "Siapakah yang diselamatkan?" menjadi sebuah perenungan di tengah realitas pertentangan. Ada yang beranggapan keselamatan adalah hasil usaha dan upah dari perbuatan amal. Orang bisa selamat karena mengumpulkan
perbuatan baik. Di sisi lain, kekayaan dipandang sebagai ukuran keselamatan. Orang kaya pasti selamat. Ada juga yang mengukur keadaan selamat berdasarkan kenikmatan (hedonisme). Pemikiran-pemikiran ini memberi pengaruh dalam kekristenan. Ada warga gereja yang berperilaku mengejar kekayaan, membanggakan perbuatan baik, serta mengejar kenikmatan hidup.
Bacaan Lukas 18:18-27 menuntun perenungan minggu ini, untuk melihat makna selamat yang sebenarnya. Keselamatan adalah anugerah Tuhan Allah melalui Yesus Kristus, untuk membebaskan manusia dari dosa. Tuhan Allah menghendaki manusia hidup karena demikianlah maksud-Nya ketika Ia menciptakan manusia (Kejadian 1-2). Namun, manusia terpengaruh godaan Iblis dan jatuh ke dalam dosa (Kejadian 3) sehingga Tuhan Allah perlu menyelamatkan manusia dari kuasa maut melalui kedatangan Yesus Kristus.
Keselamatan dalam Yesus Kristus ternyata tidak sama nilainya dan dipahami oleh semua orang. Yesus Kristus membandingkan orang kaya dan unta sebagai gambaran bahwa di punggungnya ada banyak sekali beban duniawi yang susah untuk dilepaskan. Sehingga ada orang Iebih memilih mencintai harta dan rela melepaskan keselamatan.
Pembahasan Tematis
Rangkaian cerita pada pasal 18 memperkuat pesan mengenai uang dan dua dunia. Ditulis dengan gaya Lukas yang khas, kisah-kisah itu menonjolkan orang-orang yang tertindas, yaitu seorang janda yang diperlakukan sewenang-wenang (ayat 1-8), pemungut cukai yang dianggap hina (ayat 9-14), anakanak kecil (ayat 15-17), seorang pengemis buta (ayat 35-43). Kemudian tampillah seorang pemimpin kaya. Ini bisa berarti is adalah pemimpin Sinagoge, Yahudi, orang Farisi, atau anggota mahkamah agama. la bertanya pada Yesus, "Guru yang balk, apa yang harus aku lakukan untuk memperoleh hidup yang kekal." Ia tampaknya memiliki keinginan tulus untuk hidup benar di hadapan Tuhan Allah. Dia mencari petunjuk Yesus Kristus sebagai Guru yang mengajar (didaskale) mengenai tindakan yang harus dilakukannya untuk mendapatkan hidup kekal. Orang kaya ini memahami Yesus Kristus sebagai Guru tidak hanya memiliki tugas ilahi, namun juga memiliki kebaikan ilahi.
Yesus merespons, "Mengapa kamu menyebut Aku baik? Tidak ada yang balk kecuali Allah" (ayat 19). Di sini, Yesus Kristus ingin membuatnya menyadari bahwa hanya Tuhan Allah yang sempurna dan memiliki otoritas ilahi untuk hidup yang kekal. Hanya Tuhan Allah yang dapat memenuhi kebutuhan spiritual manusia.
Pemimpin muda itu kemudian mengklaim bahwa ia telah mengikuti semua perintah Tuhan Allah. Ia tahu hukum -hukum agama dan peduli terhadap hidup keagamaannya. "Semuanya itu telah kuturuti sejak masa ntudaku." katanya.
Ternyata semua itu helum cukup. Yesus Kristus menyatakan, "Masih tinggal satu hal lagi yang masih kurang padamu: jualah segala milikmu dan bagikanlah kepada orang miskin, maka engkau akan beroleh harta di sorga; kemudian, datang dan ikutlah Aku." (ayat 22). Perkataan Yesus, "tinggal satu hal lagi" (eti en soi leipei), menunjuk pada kerajaan Allah; keselamatan dan kehidupan kekal yang hanya ada pada Yesus Kristus. Itulah harta di sorga.
Memiliki Yesus Kristus, memiliki segalanya. Ketika orang kaya itu sungguh-sungguh menyerahkan hidup kepada Yesus Kristus dan menerima keselamatan yang ditawarkan-Nya dengan cuma-cuma. Ajakan Yesus, "datang dan ikutlah Aku" (Kai deuro akohouthei moi) mempunvai arti yang bersifat khusus: Mad ikut dan taat kepada-Ku. Ajakan Yesus Kristus ini menjadi tantangan bagi pemimpin muda tersebut karena ia sangat mencintai kekayaannya. Pemuda itu "menjadi amat sedih" (ayat 23) ketika mendengar perkataan Yesus Kristus. Muncul konflik antara cinta terhadap harta duniawi dan keinginannya untuk mengikuti Yesus Kristus. Akhirnya, ia memilih kekayaan dari pada mengikuti Yesus Kristus.
Berangkat dari cerita ini, Yesus Kristus menyimpulkan, sukarlah bagi orang yang kaya masuk ke dalam kerajaan Allah (lih. ayat 24). Apakah benar orang kaya tidak dapat masuk kerajaan Allah? Dalam pemahaman orang Yahudi, orang kaya pasti masuk surga. Kekayaannya membuktikan hidupnya dikenan Tuhan Allah. Sedangkan orang miskin dianggap kena kutuk. Yesus melanjutkan perkataan-Nya. "Sebab lebih mudah seekor unta masuk melalui lobang jarum dari pada seorang kaya masuk ke dalam Kerajaan Allah" (ayat 25). Apakah benar seekor unta dapat masuk lobang jarum? Yesus Kristus menggunakan ilustrasi ini untuk menggambarkan sukarnya seorang kaya meninggalkan kekayaannya. Lebih mudah mengatur unta merendah untuk dilepaskan bebannya agar dapat ditarik masuk melewati lobang jarum (Eye of the Needle), dibandingkan mengatur seorang kaya merendah untuk melepaskan kekayaannya demi mengikuti Yesus Kristus.
Sebagai binatang haram (Imamat 11:4), Yesus Kristus memakai unta untuk menggambarkan keadaan orang-orang miskin, orang berdosa dan orang bukan Yahudi yang memiliki kesempatan diselamatkan (bnd. Matius 21:31). Mengapa? karena mereka menyadari keadaan diri sebagai manusia yang tidak Iayak sedangkan orang kaya menyanjung dirinya karena harta. Kekayaan material sering kali dapat menjadi penghalang bagi seseorang dalam mencapai hubungan yang benar dengan Tuhan Allah untuk mengalami transformasi spiritual serta sepenuhnya bergantung kepada-Nya.
Yesus Kristus memperingatkan dengan sungguh-sungguh bahaya kekayaan yang dapat menjauhkan orang dari kerajaan Allah dan keselamatan yang ditawarkan-Nya. Bahkan murid-murid- Nya yang terdekat pun yang mendengar ini terkejut. Mereka mengalami kesulitan mencerna pengajaran-Nya mengenai uang yang dianggap sebagai bahaya yang mematikan. Mereka bertanya, "Jika demikian, siapakah yang dapat diselamatkan?" (ayat 26).
Yesus Kristus ingin mengingatkan mereka bahwa keselamatan manusia bukan hasil dari usaha mereka, tetapi adalah anugerah Tuhan Allah semesta. Sulit, bukan berarti tidak itu, Yesus menjawab, "Apa yang tidak mungkin bagi manusia, mungkin bagi Allah." (ayat 27). Tuhan Allah mampu melakukan apa saja, tetapi kita tidak boleh memaksa kemauan dan kehendak-Nya.
Percayalah bahwa Tuhan Allah sungguh lebih berkuasa dari semua kekayaan, karena kekayaan tidak bisa menjadi parameter garansi bisa masuk kerajaan Allah. Tuhan Allah menganugerahkan bagi kita keselamatan, anugerah yang tak layak kita terima dan yang takkan pernah mampu kita peroleh sendiri.
Makna dan Implikasi
Kisah orang kaya ini mengajarkan kita untuk tidak terlalu mencintai dan bergantung pada materi, melainkan mengutamaka n hubungan kita dengan Tuhan Allah dan melayani sesama. Kita harus melepaskan segala hal yang mungkin menjadi penghalang Tuhan Allah. Bukan berarti ubungan kita dengan semua orang harus menjual semua harta benda mereka, tetapi Yesus Kristus ingin mengajarkan bahwa kita harus siap melepaskan apa pun yang mungkin menjadi prioritas utama dalam hidup kita, termasuk harta duniawi, demi mengikuti-Nya dengan sepenuh hati agar kita dapat diselamatkan.
Kisah ini memberikan gambaran tentang tantangan yang dihadapi oleh pemimpin muda yang kaya tersebut dan mengajarkan kita untuk menaruh kepercayaan dan bergantung pada Tuhan Allah agar dapat masuk kerajaan- Nya, bukannya menaruh kepercayaan pada berkat-berkat dari harta kekayaan. Kita harus memprioritaskan hubungan dengan Tuhan Allah dan kerajaan-Nya di atas segala hal yang lain di dalam hidup.
Pertanyaan untuk diskusi
Apa yang saudara pahami dengan tema "Siapakah Yang Diselamatkan?" menurut Injil Lukas 18:18-27.
Perbuatan apa yang bisa kita lakukan minggu ini yang mempunyai dampak diselamatkan dan memperoleh hidup kekal di sorga? Dan satu hal apa yang dapat kita lakukan untuk kembali berfokus mencari kerajaan-Nya?
Bagaimana kita dapat menggunakan harta duniawi yang kita miliki dengan lebih bijak sebagai investasi demi memperoleh harta sorgawi?
Comments